Ringkasan Buku Atomic Habits kali ini membahas sub bab “1% Better Everyday” yang menjelaskan bahwa kemampuan membaca proyeksi masa depan dari konsekuensi perilaku saat ini menjadi krusial bagi keberhasilan kita membentuk kebiasaan.
Jika kita setiap hari bisa menjadi lebih baik sebanyak 1% persen saja dari hari sebelumnya, maka dalam 1 tahun yang 365 hari itu, nilai kita bisa berkembang 37 kali lipat lebih baik dari ketika kita pertama kali memulainya.
Tapi jangan senang dulu, karena ini juga berlaku kebalikannya. Kita bisa hampir hancur lebur mendekati nol karena nilai kita 34 kali lipat lebih kecil dari sebelumnya.
Kenapa bisa begitu, ya?
Itu semua karena ketika kita melakukan sesuatu secara berulang selama jangka waktu tertentu, maka kita akan membentuk pola.
Pola itu disebut kebiasaan.
Kebiasaan merupakan buah dari suku bunga yang diterapkan ketika kita melakukan pengembangan diri.
Kembali ke contoh sebelumnya.
Sederhananya, kebiasaan itu mirip dengan invetasi.
Investasi yang tepat akan memberi kita imbal balik maksimal. Begitu juga sebaliknya, bisa bikin bangkrut dan terlibat hutang.
Kesamaan lain dari kebiasaan dengan investasi adalah sama-sama terikat dengan waktu.
Investasi baru bisa dinilai manfaatnya kotika sudah melewati waktu tertentu, yang łamanya bervariasi bagi tiap orang.
Kebiasaan juga begitu.
Baru bisa dibilang sebagai kebiasaan baik setelah kita jalani selama maktu tertentu.
Begitu juga sebaliknya.
Dari sini kita sadar.
Memulai kebiasaan itu mudah.
Membentuk kebiasaan itu beneran susah.
Hindari godaan instant gratification.
Salah satu contoh klasik dari susahnya membentuk kebiasaan itu bisa kita temukan pada diri kita sendiri.
Ketika kita hendak menurunkan berat badan, kita tahu bahwa kita akan berhasil jika menerapkan deficit calorie setiap harinya.
Deficit Calorie itu artinya dengan aktivitas harian yang sama, kita makan lebih sedikit dari kebutuhan kalori harian.
Dan itu dillakukan setiap hari.
Menerapkan deficit calorie setiap hari itu beneran susah, makanya ada yang mengenalkan konsep cheat meal.
Dimana ketika cheat meal, kita bebas makan apa yang kita mau.
Awalnya cheat meal hanya sekali dalam sebulan, lalu jadi sekali dalam sepekan, lantas jadi setiap hari, akhirnya jadi every meal is cheat meal.
Akhirnya kita panik karena berat badan betah overweight terus.
Ketika kita coba mengurangi asupan makanan secara drastis dan yang terjadi tubuh malah menjadi rusak dan kita dirawat masuk rumah sakit.
Diet pun gagal.
Kita menyalahkan diet tapi lupa kalau penyebabnya ada pada diri kita sendiri.
Tidak komitment menerapkan deficit calorie setiap hari.
Menyerah kepada godaan instant gratification.
Selalu saja ingin segera melihat hasil.
Selalu saja merasa punya priviledge, punya kartu bebas dari hukuman, nggak apa deh off track dulu, kan cuma sebentar saja.
Sebelum membentuk kebiasaan
Padahal sukses itu adalah hasil dari kebiasaan kita sehari-hari.
Maka dari itu, sebelum kita bikin komitmen mau melakukan X selama 123 waktu ke depan.
Pikirkan terlebih dulu proyeksi ke depan.
Untuk kenapa kita mau melakukannya dan apa hasil yang kita ingin capai.
Dengan begitu, ketika ada perilaku yang berbeda, alarm kita segera berbunyi.
Kalau perilaku ini sejalan dengan proyeksi, maka lanjutkan.
Jika keluar dari proyeksi, segera tinggalkan dan kembali ke jalan yang benar.
You should be far more concerned with your current trajectory than with your current results.
Membentuk kebiasaan itu membutuhkan kesabaran
Jadi tidak usah risau jika kita belum sampai ke tujuan yang kita idam-idamkan.
Selama perilaku kita memberikan proyeksi yang positif, maka niscaya kita pasti akan mendapatkanya.
Membentuk kebiasaan itu “Its not how long we behave, but how good we behave while in waiting”
Semoga ringkasan ini membantu kita mendapatkan dorongan untuk terus semangat berkembang ke versi yang lebih baik dari diri kita, ya.
Tulisan sebelumnya | Lihat seluruh ringkasan buku Atomic Habits | Tulisan berikutnya |
Kebiasaan kecil bikin perbedaan besar | – |